Langsung ke konten utama

[EPS. 12] - Rasanya Kena Covid Varian Delta

"Apa kabar?", guys

Sebelum pandemi, aku menganggap pertanyaan itu cuma sekedar basa-basi aja. Opening pembicaraan kalau ketemu orang. Tapi gataunya di masa pandemi gini, pertanyaan itu bukan basa-basi belaka. Melainkan beneran pengen tahu kondisi kamu kaya gimana. 

Well, episode kali ini akan beda sama yang sebelum" nya. Di episode kali ini, aku bakalan ceritain pengalaman gimana rasanya kena covid-19 varian delta. Disclaimer juga, ini pengalaman yang sudah vaksin lengkap 2 dosis Sinovac dan pastinya pengalaman kena covid di tiap orang akan berbeda-beda yah. Check this out!

Gejala hari pertama, badan rasanya ngga enak mulai dari siang. Aku lagi ada di tempat yang notabene nya panas tapi rasanya badanku kedinginan. Masih bisa ketawa-tawa nih waktu ini. Semakin sore mendekati malam, aku udah merasa demam. Gatau berapa derajat karena nggak punya termometer. Akhirnya aku minum parasetamol setelah makan, pakai bye-bye fever karena males ngompres, dan memutuskan untuk tidur lebih awal berharap besok bisa lebih baik. 

Di hari pertama ini, aku ngira sakit infeksi radang tenggorokan. Karena terakhir kali aku sakit infeksi radang tenggorokan ini di semester 2 dan gejalanya sama persis. Masih optimis, gaada pikiran kena covid.

Masuk hari kedua. Waktu bangun buat sholat shubuh dan ambil wudhu, gila rasanya dingin banget sampe kayak nusuk di tulang(?). Badanku menggigil hebat. Rasanya tulang kayak mau lepas. Aduh terserah mau bilang ini hiperbola atau lebay. Tapi beneran. Asli, sedingin itu. Demam ga kunjung reda, udah mulai batuk berdahak, tenggorokan rasanya gatel dan sakit kalo batuk, nafsu makan hilang, badan lemes banget. Aku paksain buat makan roti dan minum parasetamol lagi. Pake bye-bye fever baru dan lanjut tidur karena bener-bener lemes banget. Waktu tidur, kata seseorang yang kebetulan lagi sama aku bilang kalau aku ngigau, "Mama, Papa, aku gakuatt". Dia bangunin dan cerita ke aku. Jujur aku merinding waktu dengerin dia cerita. Jadi takut sendiri kalau aku gabisa survive sembuh. Pikiran udah macem-macem mau drop, mati, dan sebagainya. Hari kedua masih denial, "nggak , aku nggak kena covid kok."

Hari ketiga-keempat. Demam naik turun. Ga check pake termometer sih, tapi aku ngerasa aja. Masih minum parasetamol dan pasang bye-bye fever. Sempet mau jatuh pas jalan karena saking lemesnya. Gejala masih sama kaya hari kedua, tapi ketambahan pilek, kepala mulai berat, rasanya kaya kena flu 3x lebih berat gitu like what aku gabisa describe persisnya, badan mulai linu-linu. Hari ketiga ini udah ragu, jangan-jangan kena covid.

Hari kelima. Demam udah turun, pilek udah hilang, tapi masih batuk. Udah mulai merasa agak enakan tapi badan rasanya masih lemah banget. Udah ga minum parasetamol karena abis wkwks haduh parah. Tapi ga lama ada yang ngirimin obat, 5 kotak susu, 1 kaleng susu, 2 cengkeh pisang, sama vitamin lengkap banget. Malamnya waktu aku merasa masuk angin dan aku kasih minyak kayu putih di perutku, merasa ada yang janggal. Yup, indera penciumanku hilang. Aku anosmia. Aku gabisa bau minyak kayu putih. Aku semprot parfum juga ga bau, handsanitizer, antiseptic, sampe hand body. Semuaya nihil. Hari kelima, aku susah tidur. Rasanya sesek banget, nafas jadi pendek dan engap padahal aku gapunya riwayat penyakit pernafasan kayak asma, dll. Panik karena gapuya oximeter untuk mantau saturasi oksigenku. Tapi aku ingat teknik proning dan aku lakuin itu. Proning adalah teknik yang membantu paru-paru untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh. Yup, teknik proning ini cukup membantu pernafasanku. Di titik ini aku merasa positif covid. Telat? Banget. 

Hari keenam. Demam kadang-kadang. Mulai sunbathing dan terapi uap air panas dikasih minyak kayu putih sehari 4-5 x untuk ngelatih indera penciuman lagi. Indera perasa masih aman. Sudah merasa lebih kuat dari hari-hari sebelumnya yang buat sholat aja rasanya udah ter engah-engah. Reservasi untuk swab besok di salah satu Rumah Sakit. Malamnya pas mau tidur, masih sesek tapi ga seberat kemarin. 

Hari ketujuh. Udah nggak demam. Sunbathing, mandi, makan (nafsu makan udah kembali), lanjut gas RS. Sampe sana langsung daftar, bayar, swab test dan nunggu hasilnya selama kurang lebih satu setengah jam. Aku pilih swab antigen karena PCR mahal banget huhu 900.000 :( . Kalau antigen sekitar 170.000 an. By the way, rasanya di swab itu gaenak. Hidung kayak di sogrok(?) udah gitu after taste nya masih kerasa sampe 10 hari kedepan huhuuu. Pokoknya sakit gaada yang enak dehh, semoga kalian ga sampe ngerasain jugaa. Waktu hasil tes lab keluar, petugasnya manggil dan tanya ke aku, "Suratnya mau dibuat apa?" "Apa?" Aku spontan aja nanya balik karena ga expect bakal ditanya gitu dan jawab "Medical check up biasa". "Kalau ada keluhan, segera hubungi dokter" Balasnya sambil menyerahkan surat. "Iya, terimakasih" ucapku sembari mengambil surat dan berjalan pergi. Wah positif nih, batinku. Dan bener aja waktu aku buka hasilnya positif.

Beberapa orang yang habis kontak erat denganku akhir-akhir itu langsung ku hubungi. Meminta mereka segera isolasi mandiri dan swab untuk mengetahui mereka ikut kena atau nggak sambil menyertakan foto hasil lab ku. Aku juga menghubungi beberapa teman dekatku. Sedih? Pasti. Saking sedihnya tuh kaya mau nangis aja udah gabisa. Mikir gimana caranya aku harus bisa survive lawan virus ini. Mulai hari ketujuh ini, aku rutin konsultasi telemedicine dengan dokter untuk mengetahui perkembangan kesehatanku.

Hari kedelapan. Gejala tinggal anosmia, batuk, pusing, dan tenggorokan masih sedikit sakit. Minum vitamin mulai dari vitamin C, B Kompleks, Zink, Kalsium, sampai vitamin E. Masih rutin sunbathing dan terapi uap air panas + minyak kayu putih sehari 4-5 x.

Hari kesembilan. Samar-samar indera penciuman kembali, pusing hilang, dan masih batuk. Malamnya, anosmia ku hilang. Hidungku sudah berfungsi seutuhnya.

Hari kesepuluh. Semua keluhan dan gejala hilang. Beneran tiba-tiba kaya orang yang udah bener-bener sehat. Sepertinya semua sudah kembali normal. Cuma sesekali masih lemas.

Aku baca di artikel kesehatan dan beberapa tweet dokter kalau hari ke-11 sudah bisa mengakhiri isolasi karena sudah tidak menular. Tapi karena belum swab lagi untuk memastikan hasil negatif nya, aku masih mengisolasi diri sampai beberapa hari kedepan hingga tiba jadwal swab lagi.

Aku memutuskan untuk swab di hari kesepuluh sejak positif atau di hari ke enam belas sejak gejala pertama muncul. Dan alhamdulillah hasilnya negatif. 

Ini ceritaku yang gak ada komorbid. Aku bener-bener ga bisa membayangkan untuk orang-orang yang komorbid, apalagi asma dan kena covid. Duh, please jangan sampe kena. Perjuangannya pasti berat dan butuh bantuan tabung oksigen. Sedangkan tabung oksigen sekarang langka, dimana-mana habis. Kalaupun ada, harganya relatif mahal.

Jaga kesehatan, guys! Tetap taati protokol kesehatan, double masker kalau bisa, dan rajin berjemur. Segera vaksin juga kalau ada kesempatan. Selalu cari update informasi penyelenggaraan vaksin bagi yang belum. Memang vaksin ga membantu kita kebal, tapi seenggaknya kalau kita kena covid (duh, beneran jangan sampe) gejala dan penyakitnya gak begitu parah dibandingkan yang belum vaksin. Nih guys coba lihat!

Oh iyaa, disini aku juga mau ngucapin makasih banyakk untuk beberapa orang yang aku kasih tau soal kondisiku saat aku positive. Terima kasih untuk orang-orang baik yang sudah fully supported, ngasih doa, tiba-tiba ngirim paket, ngasih makanan, ngirim gofood, menawarkan diri untuk membelikan makanan/obat/keperluan lain, meminjami akun disney + hotstar nya untuk nonton film supaya aku ga bosen, check keadaan ku via whatsapp secara berkala, nyuruh supaya tetep happy, nemenin video call tiap kali berjemur, dan masih banyakk lagiii. Aku nggak pernah minta, tapi mereka dengan senang hati ngelakuin itu semua. Disitu aku terharu banget waktu tau kalau mereka peduli dengan caranya masing-masing. Kadang, berada diantara orang-orang baik ini rezeki yang seringkali kita lupakan.

Terakhir, pesanku, don't forget to check up on your friends who always seem strong and happy because what people show on the surface isn't always what it seems :)

Segitu aja cerita perjalanan kali ini. Sampai jumpa di perjalanan selanjutnya! See ya! Stay safe!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[EPS. 25] - Timtong Dessert Bar dengan Bingsoo Terenak se Kota Malang

Haloo sobat kuliner! Akhir-akhir ini, fyp Tiktok ku sering kali lewat tentang dessert Bingsoo di salah satu cafe di Kota Malang. Buat kamu yang belum tau, bingsoo adalah salah satu dessert khas Korea berupa es serut kacang merah manis dan biasa disajikan ketika musim panas yang terik. Namun seiring banyaknya eksplorasi tentang eksperimen makanan, Bingsoo disajikan dengan berbagai macam gaya. Nah karena penasaran, akhirnya aku mau cobain juga nih salah satu menu Bingsoo di Timtong. Yuk check this out! Aku datang ke cafe yang terletak di Jl. Kawi No. 22 A, Gading Kasri, Klojen, Kota Malang sekitar pukul 16.00 WIB. Kebetulan waktu itu tempatnya penuh, jadi harus masuk dalam antrian  waiting list dulu. Setelah menunggu sekitar 7 menit, ada beberapa orang yang sudah selesai makan dan keluar. Kami pun dipanggil waitress nya masuk untuk memesan menu. Ada banyak menu yang disajikan Timtong mulai dari beragam jenis Milk Tea, Cheese Tea, Pudding, Fruit Tea, Snack small bites, Bingsoo, hi...

[EPS. 07] - Sejenak Coffee House Malang, Hidden Gem dengan Sarapan Gratis Setiap Harinya!

  Heyhoo sobat Travellers ! Kurang lengkap rasanya kalau di blog ini aku cuman nyeritain perjalanan ku ketika travelling  tanpa memberikan rekomendasi tempat kuliner yang menurutku unik, menarik dan tentunya enak sehingga bisa banget jadi pilihan rekomendasi kalian ketika ingin berkunjung. Nahh dikesempatan kali ini, aku bakalan ceritain pengalamanku mendapat sarapan gratis di salah satu Coffe House di Kota Malang. Check this out! Pagi itu, temanku yang menginap di kosku mengajak untuk mencari sarapan. Aku pun teringat bahwa ada salah satu kafe di Malang yang menyediakan sarapan gratis setiap harinya. Sejenak Coffee House namanya.  Kami memutuskan untuk berangkat kesana pukul 07.30 WIB. Lokasi Cafe ini terletak di Jalan Bunga Mondokaki Nomor 30, Jatimulyo, Lowokwaru, Kota Malang. Karena masuk kedalam gang-gang, aku saranin kalian buat pake Google maps deh biar ga tersesat wkwks (soalnya kami sempat tersesat dan agak bingung hahahah).  Kami sampai sekitar pukul 08.0...

[EPS. 21] - Tracking ke Air Terjun Tumpak Sewu Lumajang

Hello Sobat Travellers! Siapa yang belum pernah ke air terjun Tumpak Sewu? Nah pas banget nih, episode kali ini akan menceritakan gimana sih pengalamanku tracking dari atas kemudian turun sampai menuju lokasi air terjunnya! Let's go!